Tampilkan postingan dengan label Santri. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Santri. Tampilkan semua postingan

Senin, 03 Maret 2014

Hukum Wanita Hilang Keperawanan

Assalamu’alaikum wr. wb. Redaksi bahtsul masail yang saya hormati. Saya ingin menanyakan tentang status seorang perempuan yang belum pernah menikah, tetapi sudah tidak perawan lagi karena waktu pacaran dengan seseorang melakukan hubungan badan sehingga menyebabkan hilangnya keperawanannya. Begitu juga bagaimana kalau seorang perempuan yang hilang keperawananya bukan karena melakukan hubungan badan, seperti akibat mastrubasi dengan tangannya sendiri? Dikatakan perawan tetapi sudah tidak perawan lagi, dikatakan janda tetapi belum pernah menikah. Lantas, bagaimana status hukumnya? Atas pejelasannya saya ucapkan terimakasih. Wassalamu’alaikum wr. wb. (Ahmad/Banten)

JAWABAN :

Wassalamu’alaikum wr. wb

Hukum Wanita Hilang Keperawanan
Hukum Wanita Hilang Keperawanan


Penanya yang budiman, semoga selalu dirahmati Allah swt.

Keperawanan adalah sesuatu yang paling berharga bagi seorang perempuan. Karenanya, menjaga keperawanan adalah keniscayaan, dan tak bisa ditawar lagi. Bahkan dalam salah satu sabdanya Rasulullah saw menganjurkan untuk menikah dengan perempuan yang masih perawan.

ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺑِﺎﻷَﺑْﻜَﺎﺭِ ﻓَﺈِﻧَّﻬُﻦَّ ﺃَﻋْﺬَﺏُ ﺃَﻓْﻮَﺍﻫًﺎ ﻭَﺃَﻧْﺘَﻖُ ﺃَﺭْﺣَﺎﻣًﺎ ﻭَﺃَﺭْﺿَﻰ ﺑِﺎﻟْﻴَﺴِﻴﺮِ

“Hendaklah kalian menikah dengan gadis karena mereka lebih segar baunya, lebih banyak anaknya (subur), dan lebih rela dengan yang sedikit” (H.R. Baihaqi).

Lantas siapakah perempuan yang dikategorikan sebagai perawan? Perempuan perawan adalah perempuan yang keperawanannya atau selaput daranya masih utuh. Hal ini sebagaimana disinggung oleh Imam al-Haramain al-Juwaini dalam kitab Nihayah al-Mathlab fi Dirayah al-Madzhab. Menurutnya, keperawanan itu menggambarkan atau mengandaikan tentang selaput dara atau hymen. Lantas apakah yang menyebabkan keperawanan itu bisa hilang?

Setidaknya ada dua kategori hal-hal yang bisa menyebabkan keperawanan itu hilang. Kategori pertama hilangnya keperawanan karena hubungan badan.

Hubungan badan dalam konteks ini meliputi hubungan badan yang halal, yang haram, atau yang syubhat (wathi syubhah). Dalam hal ini perempuan yang melakukan hubungan badan, baik hubungan badan yang halal atau yang tidak halal maka statusnya adalah bukan perawan (tsayyib).

ﻭَﺍﻟْﺒِﻜَﺎﺭَﺓُ ﻋِﺒَﺎﺭَﺓٌ ﻋَﻦِ ﺟِﻠْﺪَﺓِ ﺍﻟْﻌُﺬْﺭَﺓِ ﻓَﺈِﻥْ ﺯَﺍﻟَﺖْ ﺑِﺠِﻤَﺎﻉِ ﺣَﻠَﺎﻝٍ ﺃَﻭْ ﺣَﺮَﺍﻡٍ ﺃَﻭْ ﻭَﻁْﺀِ ﺷُﺒْﻬَﺔٍ ﺻَﺎﺭَﺕْ ﺛَﻴِّﺒًﺎ

“Keperawanan adalah menggambarkan tentang selaput dara (hymen). Jika keperawanan seorang perempuan hilang sebab hubungan badan yang halal atau haram atau wathi` syubhat maka ia menjadi tidak perawan” (Imam al-Haramain al-Juwaini, Nihayah al-Mathlab fi Dirayah al-Madzhab, tahqiq, Abdul Azhim Mahmud ad-Dib, Bairut-Dar al-Minhaj, cet ke-1, 1428 H/2007 M, juz, 12, h. 43)

Ketegori kedua, hilangnya keperawanan di luar hubungan badan. Misalnya seorang perempuan bisa hilang keperawanannya karena melakukan lompatan, memasukan jari-jemarinya ke dalam kemaluannya, atau bisa juga karena terlalu lama melajang. Lantas, apakah perempuan yang hilang keperwanannya bukan karena disebabkan melakukan hubungan badan masih bisa dikategorikan sebagai perawan?

Dalam kasus ini Imam al-Haraiman al-Juwaini menghadirkan dua pendapat.

Dalam kasus ini Imam al-Haraiman al-Juwaini menghadirkan dua pendapat. Pertama:, ia masuk dalam kategori tidak perawan karena hilangnya keperawananya. Sedang pendapat kedua mengatakan bahwa ia masih masuk kategori sebagai perawan karena faktanya ia tidak pengalaman berhubungan dengan laki-laki.

ﻭَﻟَﻮْ ﺯَﺍﻟَﺖْ ﺑِﻘَﻔْﺰَﺓٍ ﺃَﻭْ ﻭَﺛْﺒَﺔٍ ﺃﻭْ ﺑِﺄَﺻْﺒَﻊٍ ﺃَﻭْ ﺑِﻄُﻮﻝِ ﺍﻟﺘَّﻌْﻨِﻴﺲِ ﻭَﺍﻟﺘَّﻌَﺰُّﺏِ ﻓَﻔِﻴﻬَﺎ ﻭَﺟْﻬَﺎﻥِ ﺃَﺣَﺪُﻫُﻤَﺎ ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﺛَﻴِّﺐٌ ﻟِﺰَﻭَﺍﻝِ ﺍﻟْﺒِﻜَﺎﺭَﺓِ ﻭَﺍﻟﺜَّﺎﻧِﻲ ﺃَﻧَّﻬَﺎ ﺑِﻜْﺮٌ ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟْﺒِﻜَﺎﺭَﺓَ ﻋِﺒَﺎﺭَﺓٌ ﻋَﻦْ ﻋَﺪَﻡِ ﺍﻟْﻤُﻤَﺎﺭَﺳَﺔِ ﻭَﺍﺧْﺘِﺒَﺎﺭِ ﺍﻟﺮِّﺟَﺎﻝِ ﻭَﺫَﻟِﻚَ ﻟْﻢْ ﻳَﺤْﺼُﻞْ

“Dan seandainya keperawanan itu hilang karena melompat-lompat, terkena jari-jemari, lama tidak mau menikah (perawan tua) atau melajang maka dalam kasus ini ada dua pendapat. Pertama, ia dikategorikan sebagai janda karena hilangnya keperawanan. Kedua,: ia tetapi dianggap sebagai perawan karena keperawanan itu mengandaikan ketiadaan pengalamannya dalam berhubungan dengan laki-laki, sedangkan hal ini (pengalaman berhubungan dengan laki-laki) tidak ada.

(Nihayah al-Mathlab fi Dirayah al-Madzhab, juz, 12, h. 43)

Perbedaan antara perempuan yang masih perawan dan perempuan yang sudah tidak perawan ini tentunya berimplikasi status yang melekat pada keduanya. Misalnya, dalam hal menikah perempuan yang sudah tidak perawan lebih berhak atas dirinya di banding walinya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda;

ﺍﻟﺜَّﻴِّﺐُ ﺃَﺣَﻖُّ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻬَﺎ ﻣِﻦْ ﻭَﻟِﻴِّﻬَﺎ ﻭَﺍﻟْﺒِﻜْﺮُ ﺗُﺴْﺘَﺄْﻣَﺮُ ﻭَﺇِﺫْﻧُﻬَﺎ ﺳُﻜُﻮﺗُﻬَﺎ

“Perempuan yang sudah tidak perawan lebih berhak dengan dirinya dibanding walinya, dan perempuan yang masih perawan dimintai ijinnya, sedang ijinnya adalah diamnya” (H.R. Muslim)

Muhyiddin Syarf an-Nawawi menjelaskan bahwa kata “ahaqqu” (lebih berhak) dalam hadits tersebut mengandaikan adanya persekutuan dalam hak. Artinya, baik pihak perempuan atau walinya sama-sama memilik hak. Perempuan memiliki hak atas dirinya dalam menentukan pasangan hidupnya, sedang wali memiliki hak untuk menikahkannya. Namun hak si perempuan tersebut lebih diutamakan atau diunggulkan daripada walinya.

Akibatnya apabila terjadi perselisihan dalam memilih pasangan hidup, maka pilihan si perempuan didahulukan. Misalnya, pihak wali menginginkan untuk menikahkan anaknya yang sudah tidak perawan lagi dengan laki-laki sekufu, tetapi si perempuan tidak mau, maka dalam hal ini ia tidak boleh dipaksa. Atau sebaliknya, si perempuan sudah memilih pasangan hidupnya yang sekufu tetapi walinya tidak mau menikahkannya, maka dalam hal ini wali boleh dipaksa untuk menikahkannya, dan apabila tidak mau maka hakim yang menikahkannya.

ﻭَﺍﻋْﻠَﻢْ ﺃَﻥَّ ﻟَﻔْﻈَﺔَ ﺃَﺣَﻖُّ ﻫُﻨَﺎ ﻟِﻠْﻤُﺸَﺎﺭَﻛَﺔِ ﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ ﺃَﻥَّ ﻟَﻬَﺎ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻬَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨِّﻜَﺎﺡِ ﺣَﻘًّﺎ ﻭَﻟِﻮَﻟِﻴِّﻬَﺎ ﺣَﻘًّﺎ ﻭَﺣَﻘُّﻬَﺎ ﺃَﻭْﻛَﺪُ ﻣِﻦْ ﺣَﻘِّﻪِ ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻟَﻮْ ﺃَﺭَﺍﺩَ ﺗَﺰْﻭِﻳﺠَﻬَﺎ ﻛُﻔْﺆًﺍ ﻭَﺍﻣْﺘَﻨَﻌَﺖْ ﻟَﻢْ ﺗُﺠْﺒَﺮْ ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﺭَﺍﺩَﺕْ ﺃَﻥْ ﺗَﺘَﺰَﻭَّﺝَ ﻛُﻔْﺆًﺍ ﻓَﺎﻣْﺘَﻨَﻊَ ﺍﻟْﻮَﻟِﻲُّ ﺃُﺟْﺒِﺮَ ﻓَﺈِﻥْ ﺃَﺻَﺮَّ ﺯَﻭَّﺟَﻬَﺎ ﺍﻟْﻘَﺎﺿِﻲ ﻓَﺪَﻝَّ ﻋَﻠَﻰ ﺗَﺄْﻛِﻴﺪِ ﺣَﻘِّﻬَﺎ ﻭَﺭُﺟْﺤَﺎﻧِﻪِ

“Ketahuilah bahwa kata ahaqqu (lebih berhak) yang terdapat dalam hadits ini adalah untuk menunjukkan adanya persekutuan, artinya bahwa perempuan yang sudah tidak perawan memiliki hak atas dirinya dalam menikah, begitu juga walinya memiliki hak (untuk menikahkannya). Akan tetapi hak perempuan tersebut lebih kuat daripada haknya walinya. Karenanya, jika ingin wali menikahkannya dengan lelaki yang sekufu tetapi ia menolak maka ia tidak boleh dipaksa. Sedang apabila ia ingin menikah dengan lelaki (pilihannya) yang sekufu, tetapi walinya tidak mau menikahkannya maka walinya boleh dipaksa. Oleh sebab itu jika walinya tetap keukeh tidak mau menikahkannya maka hakim yang menikahkan. Hal ini menujukkan kuat dan unggulnya hak perempuan yang sudah tidak perawan” (Muhyiddin Syarf an-Nawawi, al-Minhaj Syarhu Shahihi Muslim bin al-Hajjaj, Bairut-Daru Ihya`i Turats al-‘Arabi, cet ke-2, 1392 H, juz, 9, h. 204)

Demikian penjelasan yang dapat kami kemukakan.

Semoga bisa diapahami dengan baik. Sarran kami, sudah seharusnya para remaja puteri untuk selalu berhati-hati dalam pergaulan dan menjaga kehormatannya. Dan kami selalu terbuka untuk menerima saran dan kritik dari para pembaca.

Wallahul muwaffiq ila aqwamith thariq,

Wassalamu’alaikum wr. wb

Dari : http://www.dutaislam.com/2015/12/hukum-wanita-hilang-keperawanan.html

Sabtu, 27 Agustus 2011

Ketika Garuda Muda Tunjukkan Prestasi dan Kearifan Lokal di Prancis

Jakarta, Pondok Pesantren Pabuaran. Pemandangan tak biasa terjadi di Piala Dunia U-12 2016 yang diinisasi Danone Nations Cup (DNC) di Paris, Prancis. Garuda Muda Indonesia yang ikut bersaing dengan 400 anak dari 32 negara lainnya mampu menunjukkan prestasi dengan tetap menjujung tinggi kearifan lokal, yakni mencium tangan saat proses menyalami wasit di tiap pertandingan.

Foto yang memperlihatkan para punggawa Garuda Muda ketika mencium tangan wasit itu viral di media sosial. Hal ini berawal dari postingan akun twitter @awalsaptasaja bernama Awaluddin Saptarengg pada Sabtu (15/10) lalu. Postingan tersebut awalnya disebarkan melalui akun media sosial Path Awaluddin yang terkoneksi langsung dengan akun twitternya.

Ketika Garuda Muda Tunjukkan Prestasi dan Kearifan Lokal di Prancis (Sumber Gambar : Nu Online)
Ketika Garuda Muda Tunjukkan Prestasi dan Kearifan Lokal di Prancis (Sumber Gambar : Nu Online)


Ketika Garuda Muda Tunjukkan Prestasi dan Kearifan Lokal di Prancis

Sikap para punggawa Timnas U-12 memunculkan simpati dan kebanggaan tersendiri dari masyarakat Indonesia. Mereka memuji Garuda Muda yang tetap menunjukkan perilaku respect-nya kepada sang pengadil lapangan melalui cium tangan atau salim dalam istilah familiar masyarakat Indonesia.

Tak pelak perilaku para anak-anak Indonesia ini memunculkan beragam ekspresi dari wasit dan dua hakim garis ketika tangannya dicium. Hakim garis berambut agak pirang terlihat sumringah, wasit yang berada di posisi tengah terlihat tegak tanda penghormatan balik, sedangkan hakim garis yang satunya justru terlihat bingung melihat tingkah laku pasukan muda merah putih.

Pondok Pesantren Pabuaran

Tunas muda membanggakan

Pondok Pesantren Pabuaran

Di ajang resmi FIFA tersebut, Tim asuhan Jacksen F. Tiago ini berada di Grup E bersama Italia, Korea Selatan, dan Afrika Selatan. Di babak penyisihan, Indonesia berhasil menjadi juara grup dengan mengalahkan Italia 2 gol tanpa balas, berbagi angka 2-2 melawan Korsel, dan menang tipis 1-0 dari Afrika Selatan.

Dengan kata lain, pasukan muda merah putih tak terkalahkan. Setelah menjuarai Grup E, Indonesia melanjutkan langkah ke Putaran 16 Besar (15/10/2016). Sayang ketika itu Indonesia kalah 0-1 dari Argentina. Kekalahan juga dialami Mulkan Hanif, dan kawan-kawan ketika menghadapi Meksiko dengan skor telak 5-0.

Berbeda dengan turnamen sepak bola untuk usia dewasa, Piala Dunia Danone Nations Cup juga menggelar pertandingan untuk menentukan peringkat dari seluruh negara peserta. Pada pertandingan melawan Tunisia, Tim AQUADNC (Aqua Danone Nations Cup) Garuda Muda tampil lepas sehingga mampu mengungguli Tunisia 1-0.

Terkait kemenangan tersebut, Tim Garuda Muda bercokol di ranking 11 peringkat dunia Danone Nations Cup 2016. Peringkat Indonesia berada di atas negara-negara besar seperti Prancis (15), Uruguay (16), Portugal (19), Belanda (22), Inggris (24), dan juga Italia (31). Di Asia, Indonesia menjadi peringkat kedua terbaik setelah Jepang (2). Sementara perwakilan Asia lainnya berada dibawah Indonesia, Korea Selatan (20) dan Cina (27). Selamat Garuda Muda!

(Fathoni Ahmad)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/72109/ketika-garuda-muda-tunjukkan-prestasi-dan-kearifan-lokal-di-prancis

Pondok Pesantren Pabuaran

Kamis, 16 Desember 2010

Puisi Terakhir WS Rendra Bikin Merinding Baca Wasiatnya

Pondok Pesantren Pabuaran - Sastrawan WS Rendra telah meninggal tahun 2009 lalu (semoga Alloh merahmatinya). Namun sebelum meninggal dan saat terbaring sakit, beliau sempat menulis sebuah puisi.

Puisi ini sangat dalam maknanya. Bahwa sesungguhnya hidup ini adalah amanah, dan apa yang ada pada diri kita adalah titipan semata. Maka tidak boleh ada yang disombongkan sedikitpun dari kita, karena semua itu hanyalah titipan. Yang suatu saat akan diambil kembali oleh Nya. Hanya saja kita tidak pernah tahu, kapan Dia akan mengambilnya.

Puisi Terakhir WS Rendra Bikin Merinding Baca Wasiatnya - Pondok Pesantren Pabuaran
Puisi Terakhir WS Rendra Bikin Merinding Baca Wasiatnya - Pondok Pesantren Pabuaran


Puisi Terakhir WS Rendra Bikin Merinding Baca Wasiatnya

Puisi ini juga mengingatkan akan pemutus segala kenikmatan, yaitu kematian. Seperti sabda Nabi “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan, yakni kematian”.[HR. At-Tirmidziy (no. 2307), An-Nasa'iy (1824) dan Ibnu Majah (no. 4258). Hadits ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Al-Irwa' (no. 682)].

Al-Imam Ath-Thibiy -rahimahullah- berkata, “Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- menyerupakan segala kelezatan yang fana dan segala keinginan duniawi dan kehancurannya dengan sebuah bangunan yang menjulang. Bangunan itu akan runtuh oleh berbagai goncangan hebat. Lalu Nabi -shallallahu alaihi wa sallam- memerintahkan orang yang terlena dengan dunia untuk mengingat penghancur kelezatan tersebut (yakni, maut) agar ia tak terus-menerus condong kepadanya, (sehingga) ia pun menyibukkan diri dengan sesuatu yang wajib atas dirinya berupa penghadapan diri kepada kampung abadi (yaitu, akhirat)”. [Lihat Tuhfah Al-Ahwadziy (6/92)]

Pondok Pesantren Pabuaran

Berikut adalah puisi terakhir dari WS Rendra, semoga bisa menjadi renungan dan peringatan:

Hidup itu seperti uap,

yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap!

Pondok Pesantren Pabuaran

Ketika orang memuji milikku,

aku berkata bahwa ini hanya titipan saja.

Bahwa mobilku adalah titipan-Nya,

Bahwa rumahku adalah titipan-Nya,

Bahwa hartaku adalah titipan-Nya,

Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-Nya ...

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,

"Mengapa Dia menitipkannya kepadaku?"

"Untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku?"

Dan kalau bukan milikku, apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-Nya ini?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya? Malahan ketika diminta kembali,

kusebut itu musibah,

kusebut itu ujian,

kusebut itu petaka,

kusebut itu apa saja ...

Untuk melukiskan, bahwa semua itu adalah derita ...

Ketika aku berdo'a, kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi,

Aku ingin lebih banyak harta,

Aku ingin lebih banyak mobil,

Aku ingin lebih banyak rumah,

Aku ingin lebih banyak popularitas,

Dan kutolak sakit,

Kutolak kemiskinan,

Seolah semua derita adalah hukuman bagiku. Seolah keadilan dan kasih-Nya, harus berjalan seperti penyelesaian matematika dan sesuai dengan kehendakku.

Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,

Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku ... Betapa curangnya aku,

Kuperlakukan Dia seolah "Mitra Dagang" ku dan bukan sebagai "Kekasih"!

Kuminta DIA membalas “perlakuan baikku” dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginanku ...

Duh Allah ...

Padahal setiap hari kuucapkan,

“Hidup dan Matiku, Hanyalah untukMu ya Allah, ampuni aku, ya Allah ... Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan dan menjadi bijaksana, mau menuruti kehendakmu saja ya Allah ...

Sebab aku yakin Engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku .. Kehendakmu adalah yang terbaik bagiku ...

Semoga manfaat

Sahabatmu...

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/04/puisi-terakhir-ws-rendra-bikin-merinding-baca-wasiatnya.html

Kamis, 28 Januari 2010

Gus Mus: Jangan Percaya ke Media yang Menyudutkan Kiai NU

Pondok Pesantren Pabuaran - Banyak wejangan yang diterima 15 pengurus GP Ansor Giligenting Kabupaten Sumenep saat sowan ke KH Musthofa Bisri (Gus Mus) di Rembang, Ahad (25/12). Mereka diminta untuk melakukan verifikasi atas segala bentuk berita di era banjirnya informasi ini.

"Jangan percaya terhadap media-media yang menyudutkan kiai NU. Apalagi men-sharenya tanpa tahu media dan penulisnya," ujar Gus Mus yang disimak secara khidmat oleh Ketua GP Ansor Giligenting Rudy Hartono dan sahabat-sahabat.

Gus Mus juga menegaskan agar GP Ansor terus berada di garda terdepan dalam menjaga NU dan NKRI. Salah satunya dengan tidak mudah percaya dengan pemuka agama agama masa kini yang tidak jelas asal-usul dan sanad keilmuannya.

Gus Mus: Jangan Percaya ke Media yang Menyudutkan Kiai NU - Pondok Pesantren Pabuaran
Gus Mus: Jangan Percaya ke Media yang Menyudutkan Kiai NU - Pondok Pesantren Pabuaran


Gus Mus: Jangan Percaya ke Media yang Menyudutkan Kiai NU

"Harus tahu latar belakang dari pemuka agama tersebut. Hati-hati dengan lembaga-lembaga fatwa karena sudah banyak tokoh agama yang tidak berpaham Aswaja di dalamnya," tukas Gus Mus. [Pondok Pesantren Pabuaran]

Pondok Pesantren Pabuaran

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/gus-mus-jangan-percaya-ke-media-yang-menyudutkan-kiai-nu.html

Selasa, 01 September 2009

Kejujuran Anak Kepada Bunda

Pondok Pesantren Pabuaran - Surat Publik Sebentar lagi bunda akan diundang ke sekolah untuk mengambil raportku, Bunda, mungkin bunda kecewa karena aku tidak jadi juara dan bahkan masuk ranking pun tidak karena aku adalah anak yang biasa-biasa saja di kelas, tapi tahukah bunda bahwa aku adalah anak yang selalu jujur mengerjakan setiap soal-soal ujian.

Bunda, mungkin bunda kecewa karena aku belum lancar membaca, menulis dan berhitung, tapi tahukah bunda bahwa aku terus berusaha keras dan kelak satu ketika aku akan bisa seperti anak lainnya.

Bunda, mungkin bunda kecewa karena aku tidak pandai matematika, tapi tahukah bunda bahwa aku pandai berdoa dan selalu berdoa untuk bunda setiap aku beribadah.

Bunda, mungkin bunda kecewa karena aku lambat belajar di sekolah, tapi tahukah bunda bahwa aku adalah anak yang cepat sekali jika diminta untuk membantu bunda dirumah.

Bunda, mungkin engkau kecewa karena nilai-nilai raportku tidak sebaik nilai teman-temanku, tapi tahukah bunda bahwa menurut mereka aku adalah teman yang sangat baik bagi mereka.

Bunda, mungkin engkau kecewa dan malu memiliki anak seperti aku, tapi aku tidak pernah merasa kecewa dan malu memiliki bunda seperti bunda, dan bahkan aku begitu sayang sama bunda.

Bunda, mungkin engkau marah melihat ada satu nilai merah di raport ku, tapi tahukah bunda bahwa aku mengerjakannya dengan jujur tanpa pernah mau ikut-ikutan teman-temanku yang tidak jujur.

Bunda, engkau mungkin kecewa jika membandingkan diriku dengan teman-teman sekelasku yang hebat-hebat, tapi tahukah bunda bahwa aku tidak akan pernah mau membandingkan bundaku dengan bunda-bundanya teman-temanku betapapun hebatnya bunda-bunda mereka.

Sungguh tak pernah terlintas sedikitpun di benakku untuk membandingkan bundaku dengan bundanya teman-temanku meskipun menurut mereka bundaku adalah bunda yang biasa-biasa saja, karena aku selalu berusaha menerima bundaku apa adanya, aku selalu berusaha mencintai bundaku apa adanya, dan aku merasa sudah sangat bahagia seandainya bunda juga mau menerima dan mencintaiku apa adanya meskipun aku hanyalah anak yang biasa-biasa saja disekolah.

Terimakasih bunda telah mau membaca suratku, dan aku sungguh bersyukur engkau telah menjadi bundaku dan aku telah menjadi anakmu.

Terimakasih juga bunda sudah mau datang ke sekolah untuk mengambil raportku. [ed]

- dari anakmu -

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/02/kejujuran-anak-kepada-bunda.html

Jumat, 18 Juli 2008

Nilai-nilai Pancasila pada Saat Tahlilan

Surabaya, Pondok Pesantren Pabuaran. Wakil Gubenur Jawa Timur H Syaifullah Yusuf menjelaskan filosofi tahlilan yang sering dilakukan warga NU ketika ada yang meninggal. Menurut amaliyah yang sering jadi sasaran bidah kelompok lain itu mencerminkan praktik ber-Pancasila.

Jauh sebelum bangsa ini merdeka, kata dia, para kiai berdebat dengan para tokoh pendiri Republik ini. Indonesia ini mau dijadikan negara Islam atau negara sekuler. Nah, akhirnya Bung Karno memutuskan negara Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila pada Saat Tahlilan (Sumber Gambar : Nu Online)
Nilai-nilai Pancasila pada Saat Tahlilan (Sumber Gambar : Nu Online)


Nilai-nilai Pancasila pada Saat Tahlilan

Pancasila, lanjut pria yang akrab disapa Gus Ipul, mengutip ungkapan seorang kiai yang pidatonya mirip sekali dengan Bung Karno. "Ini rawahu Kiai Harun Ismail, saya kutip" kata Gus Ipul pada halaqoh Majelis Alumni IPNU di Hotel The Alana, Surabaya (6/6).

Pondok Pesantren Pabuaran

Kalau ingin melihat pelaksanaan Pancasila yang benar dan tepat maka lihatlah orang tahlilan. Inilah filosofi Pancasila yang berada di Tahlilan ala NU. Satu, orang tahlil itu pasti baca surat Al-Ikhlas yang berbunyi Qulhu Allahu ahad Allahus shomad. Itulah Ketuhanan yang Maha Esa dan di dalam tahlil pasti baca itu. Yang artinya Tuhan itu satu.

Kedua, orang tahlil di lingkungan NU itu, siapa pun boleh datang dan ikut, tidak ada seleksi, tidak ada pertanyaan, "kamu bisa tahlil enggak? Kalau enggak bisa, disuruh keluar. Di NU tidak seperti itu, katanya.

Pondok Pesantren Pabuaran

Bahkan nonmuslim pun boleh masuk dan orang yang membidah-bidahkan tahlil pun dipersilakan ikut, kalau mau. Tidak ada yang dibeda-bedakan. Itulah kemanusiaan yang adil dan beradab.

Dan kalau dilihat di kampung-kampung, orang tahlil itu duduknya bersila semua. Tidak dibedakan duduknya seorang pejabat, kiai, santri dan orang biasa. Semuanya sila, rata. Itulah persatuan Indonesia terdapat dalam sila ke tiga pancasila. Duduknya sila semua.

Setelah itu, menjelang dimulai, di sanalah mereka mencari pemimpin, mereka saling tuding menuding. Satunya bilang jenengan saja yang mimpin dan yang lainnya juga bilang jenengan yang lebih pantas, ungkapnya.

Di sanalah terjadi musyawarah kecil-kecilan mencari seorang pemimpin tahlil. Setelah kepilih satu yang memimpin tahlil. Itulah kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan.

Setelah tahlil selesai, berkat nya keluar. Semuanya mendapatkan berkat yang sama tanpa ada berbedaan baik tampilan dan isinya semuanya sama. Itulah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Rofii Boenawi/Abdullah Alawi)

Dari (Nasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/60415/nilai-nilai-pancasila-pada-saat-tahlilan

Pondok Pesantren Pabuaran

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Pondok Pesantren Pabuaran sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Pondok Pesantren Pabuaran. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Pondok Pesantren Pabuaran dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock