Tampilkan postingan dengan label Soheh. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Soheh. Tampilkan semua postingan

Selasa, 14 April 2015

Perpisahan, Santri Futuhiyah Pentaskan Teater

Demak, Pondok Pesantren Pabuaran. Lihatlah, lihatlah tukang rosok itu. Dia tetap berusaha untuk makan meski keadaan sudah sangat menghawatirkan. Hanya tukang rosok itu yang tidak mengeluh dengan keadaan desa ini.

Ini bukan masalah mengeluh ataupun sabar menghadapi ujian, Pak Bob. Masalah ini menyangkut warga saya. Saya bertanggung jawab dengan keadaan ini, Pak Bob.

Perpisahan, Santri Futuhiyah Pentaskan Teater (Sumber Gambar : Nu Online)
Perpisahan, Santri Futuhiyah Pentaskan Teater (Sumber Gambar : Nu Online)


Perpisahan, Santri Futuhiyah Pentaskan Teater

Itulah sepenggal adegan dialog dari lakon "Hujan di Ujung Senja" yang akan dibawakan kelompok terater Fatah dari Pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak. Lakon "Hujan Di Ujung Senja" akan dipentaskan dalam rangka Haflah Akhiris Sanah, Khotmil Kutub, dan Muwaadaah atau upacara perpisahan Pondok Pesantren Futuhiyyah Mranggen, Demak, Jawa Tengah, Rabu (13/5) malam, di halaman pesantren setempat.

Pondok Pesantren Pabuaran

Lakon Hujan Di Ujung Senja karya dari Miftahul Khoir memuat kritik terhadap menurunnya moral anak bangsa. Karya ini berawal dari puisi, yang kemudian diubah menjadi naskah drama.

Sebuah karya yang berawal dari puisi ketika saya galau di suatu senja melihat menurunnya moral anak bangsa dan akhirnya menjadi naskah drama Hujan di Ujung Senja, kata Khoir.

Pondok Pesantren Pabuaran

Sang sutradara, Sholihul Hadi, juga akan menambahkan beberapa adegan yang menggelitik dan lelucon pada seni pertunjukkan yang semua para pemainnya adalah santri ini.

Ya, walaupun waktu latihan sangat singkat sekali, hanya sebulan, kami yakin akan memberikan pengalaman baru bagi santri dalam pementasan terater nanti. Ini juga dalam rangka melestarikan pagelaran seni di lingkungan pesantren, jelas Bang Khul, panggilan akrabnya.

Lakon ini nanti akan dipentaskan oleh 15 santri. Berbagai karakter dimasukkan dalam cerita tersebut.

Banyak hal saya peroleh saat latihan seperti kedisiplinan, konsentrasi, tanggungjawab, dan lain-lain, kata Adib Hidayatulloh, mengungkapkan kegembiraanya atas pengalaman pertamanya ini. (Ben Zabidy/Mahbib)

Dari (Pesantren) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/59459/perpisahan-santri-futuhiyah-pentaskan-teater

Pondok Pesantren Pabuaran

Minggu, 15 Desember 2013

Dituduh Makelar Tanah, Kiai Said: Dari Awal Sampai Akhir Bohong Semua

Pondok Pesantren Pabuaran - Dalam perbincangan santai, hangat dan penuh canda yang berlangsung sekitar 17 menit di ruang tanfidziyah Gedung PCNU Jepara Jl. Pemuda 51 Jepara, pada Kamis (05/01/2017) petang, KH Said Aqil Siraj sempat ditanya oleh beberapa orang yang ikut dalam forum, utamanya soal fitnah yang akhir-akhir ini santer dimediakan oleh minhum.

"Yang jawab bukan saya, tapi Anda," ujar Kiai Said saat ditanya soal fitnah itu, kepada Pondok Pesantren Pabuaran, yang kebetulan ikut di ruangan. Yang sangat besar fitnahnya adalah soal tanah di Malang. Kiai Said menyebut kalau fitnah makelar tanah di Malang itu bohong dari awal sampai akhir.

Dituduh Makelar Tanah, Kiai Said: Dari Awal Sampai Akhir Bohong Semua - Pondok Pesantren Pabuaran
Dituduh Makelar Tanah, Kiai Said: Dari Awal Sampai Akhir Bohong Semua - Pondok Pesantren Pabuaran


Dituduh Makelar Tanah, Kiai Said: Dari Awal Sampai Akhir Bohong Semua

Kiai Said melanjutkan, berita (fitnah) itu katanya dari Saudara Subaryo SH. Akhirnya dibantah sendiri olehnya kalau ia tidak mengenal Said Aqil, tidak mengenal H Qosim, tidak pernah diwawancarai wartawan yang menulis, lalu pindah ceritanya ke Kiai Luthfi yang katanya pernah satu mobil dengan Kiai Said, "kapan pernah satu mobil," tanyanya yang kemudian disambut keheranan seisi ruang.

"Gedung Seminar itu sejak saya pulang dari Timur Tengah, sudah ada, dari awal, ceritanya bohong semua itu, dengan H Qosim saya tidak kenal, Subaryo juga membantah kenal Said Aqil, keluarga korban juga membantah," ujar Kiai Said petang itu kepada puluhan pengurus NU Cabang yang ikut, didampingi KH Ubaidillah Nur Umar, Rais Syuriah PCNU Jepara dan KH Hayatun, Ketua PCNU Jepara.

Pondok Pesantren Pabuaran

"Orang kalau diangkat oleh Allah, bangun tidur itu sudah fitnah, jenengan tidak kuat, saya juga tidak kuat," kata Habib Farid kepada Pondok Pesantren Pabuaran. Ia menyarankan kepada kru redaksi Pondok Pesantren Pabuaran yang hadir di situ agar menulis klarifikasi Kiai Said karena hapenya jadul. Hahaha. Siap Habib, sudah jadi! [Pondok Pesantren Pabuaran]

Pondok Pesantren Pabuaran

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/01/dituduh-makelar-tanah-kiai-said-dari-awal-sampai-akhir-bohong-semua.html

Rabu, 27 November 2013

Jika FPI dan MUI Hidup di Zaman Purba, Sunan Kudus Mungkin Didemo GNPF

Pondok Pesantren Pabuaran - Sunan Kudus, salah satu dari anggota dewan Walisongo penyebar Islam di Nusantara, menggunakan pendekatan tasawuf dalam berdakwah. Beliau sangat ahli syariat, dan justru karenanya, bisa mendudukkan bahwa akhlak itu jauh lebih tinggi di atas fiqih.

Secara fiqih, syariat formal, sangat jelas bahwa menyembelih Sapi dan memakan dagingnya adalah halal. Namun beliau melarang hal itu, melarang para santrinya menyembelih Sapi dengan alasan demi menghormati pemeluk agama Hindu yang menganggap Sapi adalah hewan suci, karena simbol tunggangan Dewa Wisnu.

Jika FPI dan MUI Hidup di Zaman Purba, Sunan Kudus Mungkin Didemo GNPF - Pondok Pesantren Pabuaran
Jika FPI dan MUI Hidup di Zaman Purba, Sunan Kudus Mungkin Didemo GNPF - Pondok Pesantren Pabuaran


Jika FPI dan MUI Hidup di Zaman Purba, Sunan Kudus Mungkin Didemo GNPF

“Kularang kalian menyembelih sapi. Mari kita hormati pemeluk agama Hindu. Kalau mau makan daging, kerbau saja,” begitu kira-kira dhawuh Sunan Kudus apabila diIndonesiakan.

Sunan Kudus pasti tahu bahwa ajaran Hindu berbeda dengan ajaran Islam, namun beliau tidak menyalahkan ajaran Hindu, apalagi menghinanya. Seluruh atribut dan tradisi Hindu beliau hormati. Hingga sampai ketika membangun masjid, menaranya pun dibuat persis seperti bangunan Pura atau Candi.

Pondok Pesantren Pabuaran

Bayangkan seandainya di masa Sunan Kudus sudah ada MUI dan FPI. Serta merta beliau akan dicaci maki sebagai ulama munafiq pembela kapir, tukang melecehkan Islam dan menista agama. Mungkin pula akan didemo atau disweeping dengan dalih telah mencampur adukkan agama Islam dan agama Hindu.

MUI pernah mengeluarkan fatwa haram terhadap pluralisme, maka andai MUI ada di jaman Sunan Kudus, bisa jadi Sayyid Ja’far Shodiq itu akan divonis FPI dengan dukungan GNPF MUI sebagai dedengkot pluralis yang telah merusak akidah umat Islam.

Mari kita bandingkan, Sunan Kudus secara nyata telah berhasil gemilang membuat warga Kudus masuk Islam. Seratus persen warga Hindu di Kudus masuk Islam hanya dalam waktu singkat, karena merasa dihormati keyakinanya, dihargai perasaan keagamannya.

Pondok Pesantren Pabuaran

Islam yang datang kepada mereka adalah agama yang lembut, ramah dan penuh kemuliaan. Merasa bahwa Dewanya pun dihormati, mereka sukarela masuk Islam, lalu bergotong royong membangun menara masjid Al Aqso yang terkenal sebagai Menara Kudus itu.

Sampai sekarang, warga Kudus tidak berani menyembelih sapi karena menaati larangan Sunan Kudus itu. Tak ada jagal sapi di Kudus. Padahal sekarang sudah tidak ada warga selain muslim. Sampai sekarang pula, Anda pasti kesulitan menemukan pemeluk Hindu di Kudus. Jadi, Islamnya orang Kudus yang dulu banyak pemeluk Hindu, bertahan kuat sampai kini.

Dan perlu kita ketahui, Kudus adalah satu-satunya nama daerah di Indonesia yang memakai kata dari bahasa Arab. Kudus dari Quddus yang artinya suci. Masjid yang beliau dirikan bersama para muallaf dari Hindu itupun dinamai dengan nama Arab’ Al Aqsho. Jadi, betapa hebatnya Sayyid Ja’far Shodiq. Beliau bisa mengislamkan orang Hindu dan menamai daerah dengan nama Arab.

Nah, coba bayangkan seandainya Sunan Kudus memakai cara seperti MUI saat ini, mengharamkan orang Islam memakai busana mirip orang Hindu, mengharamkan udheng, jarit, sarung dan sebagainya yang saat itu merupakan pakaian ibadah orang Hindu.

Karena fatwa haram tersebut lantas orang Hindu merasa dihina kesuciannya, dianggap najis busana yang meraka pakai, bahkan diprovokasi dengan kebencian plus tindakan kriminal pengikut FPI macam di Solo dan Jakarta, apakah ada orang Hindu yang mau masuk Islam?

Apakah Islam akan bisa masuk dan berkembang di Jawa dan Nusantara? Dan apakah kita semua, termasuk bapak dan ibu yang ada di MUI akan mernjadi manusia beriman?

Sedangkan orang-orang beragama Islam sekarang ini adalah keturunan dari orang Islam di masa lalu, yang nenek moyangnya dulu kemungkinan bukan pemeluk Islam.

Jadi benar apa yang disampaikan teman saya di Langgar Mbah Masroh (Pondok Biharul Mutaallimin) Sedan Kabupaten Rembang. Menurut beliau, di tangan MUI sekarang, agama Islam berada dalam bahaya. Sungguh keadaan bahaya. [Pondok Pesantren Pabuaran]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/12/jika-fpi-dan-mui-hidup-di-zaman-purba-sunan-kudus-didemo-gnpf.html

Senin, 17 Juni 2013

Yang Berfatwa Ayah Ibu Nabi di Neraka Itu Kurangajar

Pondok Pesantren Pabuaran - Polemik tentang pendapat seorang da'i (bukan ulama) yang mengatakan bahwa ayah dan ibu nabi itu kafir serta masuk neraka telah membuat banyak umat Islam yang cinta kepada Nabi tersakiti. Termasuk yang terjadi dalam percakapan antara penanya dan Gus Awy Ali Imron (Lamongan), alumnus Rushaifah Makkah dan juga santri Abuya Assayyid Muhammad bin Alawy Al Maliki Al Hasani.

Yang Berfatwa Ayah Ibu Nabi di Neraka Itu Kurangajar - Pondok Pesantren Pabuaran
Yang Berfatwa Ayah Ibu Nabi di Neraka Itu Kurangajar - Pondok Pesantren Pabuaran


Yang Berfatwa Ayah Ibu Nabi di Neraka Itu Kurangajar

Anda boleh simpan hasil percakapan dari WhatsApp ini untuk disebarkan atau digunakan hujjah bagi mereka yang suka usil kemuliaan tauhid dan kemuliaan Nabi Agung Muhammad SAW. Kami edit ejaan saja. Tidak ada tambahan.

Penanya: Ada yang berfatwa bahwa Ibu dan ayah Nabi mati kafir dan di neraka? Mohon penjelasanya Gus!

Gus Awy Ali Imron: Hanya orang kurangajar kepada Nabi yang berani berfatwa seperti itu.

Gus Awy Ali Imron: Permasalahan ini berhubung langsung dengan urusan tauhid. Telah disepakati oleh mayoritas ulama sejak salaf bahwa orang yang hidup di masa tenggang waktu kevakuman antar Nabi, tidaklah disiksa. Termasuk dalam hal ini adalah orang tua Nabi.

Gus Awy Ali Imron: Tentang hal itu telah ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat al-Isro ayat 15 dan Assyu'aro ayat 219.

Keterangan:

Al-Isra' ayat 15 adalah:

مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا

Artinya:

Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

Gus Awy Ali Imron: Lagipula apa ada untung membicarakan hal yang sebenarnya tidak ada sangkut pautnya secara langsung dengan kita?

Gus Awy Ali Imron: Secara logika saja, kita sendiri, apa mau jika dikatain bahwa orang tua kita masuk neraka? Apalagi kepada Nabi.

Gus Awy Ali Imron: Jadi, kesimpulannya, orang yang mengatakan bahwa orang tua Nabi di neraka, siapapun orang itu, berlabel ustadz, Lc atau bahkan syaikh sekalipun, adalah orang yang sangat kurangajar dan tidak punya tatakrama kepada Nabi.

Gus Awy Ali Imron: Ayah Nabi meninggal kala Nabi di kandungan. Ibunya meninggal kala Nabi masih kecil usia 6 tahun. Sementara Nabi baru diangkat jadi Nabi pada usia 40. Lantas, secara logika, dari mana orangtua Nabi menerima dakwah?

Gus Awy Ali Imron: Sementara Nabi terakhir sebelum Nabi Muhammad, yaitu Nabi Isa, telah diangkat pada 33 M, Nabi sendiri lahir pada 571 M, tenggang waktu kekosongan Nabi 5 abad sendiri.

Gus Awy Ali Imron: Ini sudah cukup menjawab akan fatwa bodoh dan kurangajar itu.

********

Polemik pecah belah ini berawal dari penafsiran tesktual wahabi yang diambil dari hadits riwayat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, yang berisi:

أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِى؟ قَالَ: “فِى النَّارِ.” فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ: إِنَّ أَبِى وَأَبَاكَ فِى النَّارِ

Artinya:

Ada seseorang yang bertanya, “Ya Rasulullah, dimana ayahku?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Di neraka.” Ketika orang ini pergi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memangilnya, dan bersabda, “sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim 521, Ahmad 12192, dan Abu Daud 4720).

Hadits di atas akhir-akhir dimuat di beberapa website wahabi tanpa tafsir dan analisa sejarah, utamanya tentang Fatroh (masa vakum kenabian). Salah satu website wahabi tersebut adalah konsultasisyariah [dot] com. Adapun ustadz wahabi yang menyebut orang tua Nabi kafir adalah Firanda Andirja dan Khalid Basalamah. Videoanya banyak beredar di Youtube.

Percakapan WhatsApp di grup Tanya Jawab Syariah yang terjadi pada Selasa (27/09/2016) di atas itu, kiranya cukup menjawab bahwa yang menyebut orangtua Nabi itu kafir dan di neraka tidak paham sejarah kontinuitas kenabian dari Nabi Isa ke Nabi Muhammad. Sekian. Mohon disebarkan. [Pondok Pesantren Pabuaran]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/09/yang-berfatwa-ayah-ibu-nabi-di-neraka-itu-kurangajar.html

Jumat, 01 Februari 2013

Naudzubillah, Gambar Hoax Boom Aleppo!

Pondok Pesantren Pabuaran - "'FatwaAhad': Taqlid yg paling buta ialah membebek pertikaian orang di kawasan lain hingga ikut menyebar fitnah2 mereka di negeri sendiri."

Tweet akun Gus Mus (@gusmusgusmu) sungguh sindiran keras buat mereka yang ingin mengimpor kerusuhan dan perang saudara di Timur Tengah ke Indonesia. Tragedi Aleppo Turki salah satunya.

Untuk memperkeruh suasana, bukan hanya berita yang ditulis. Namun foto juga diedit untuk pembenaran yang entah berpihak kepada siapa.

Naudzubillah, Gambar Hoax Boom Aleppo! - Pondok Pesantren Pabuaran
Naudzubillah, Gambar Hoax Boom Aleppo! - Pondok Pesantren Pabuaran


Naudzubillah, Gambar Hoax Boom Aleppo!

Perhatikan dua gambar di atas. Itu ada yang asli dan juga palsu, alias hoax. Gambar bom sama, tapi tambahan pesawat di atasnya adalah tambahan. Shoot gambar lebih di sebelah kanan lebih dekat daripada yang sebelah kiri.

Pondok Pesantren Pabuaran

Gambar ini dipakai tahun 2014 oleh http://www.dostor.org/662491, dengan judul:

سلسلة غارات إسرائيلية وقصف مدفعي على قطاع غزة

Pondok Pesantren Pabuaran

Terjamah: Serangkaian Serangan Israel dan Pemboman Artileri di Jalur Gaza

Anda juga bisa cek foto aslinya di http://bit.ly/1QVKs75, http://bit.ly/1rH23uS dan http://bit.ly/1WThqfs.

Berita sebenarnya: Serangan Israel di Jalur Gaza. Tapi fitnah beritanya: Rezim Asad memboom Aleppo. Anda bisa cek gambar Hoax ini di Fanpage Aceh Chanel. Hati-hati dengan Fanpage ini. Mengajak rusuh pembacanya terus. Ini linknya jika belum dihapus: http://bit.ly/24DWKhu

Sekarang fitnah banyak bertebaran tinggal kita memilah. Jika ingin cek gambar asli sebuah foto, coba pakai laptop atau pc buka pakai browser chrome, klik kanan, pilih "telusuri google untuk gambar". Nanti akan ketemu hasilnya. [Pondok Pesantren Pabuaran/ab] 

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/05/naudzubillah-gambar-hoax-boom-aleppo.html

Sabtu, 04 Juni 2011

Gus Dur Menemukan Makam Syeikh Abdullah Qutbuddin Wonosobo

Pondok Pesantren Pabuaran - Di Desa Candirejo Kecamatan Mojotengah Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah terdapat sebuah makam kuno. Konon, makam tersebut bersemayam jasad seorang tokoh pembawa alirah Tarekat Naqsbandiyah pertama kali di tanah Jawa. Syekh Abdullah Qutbudin namanya. Dia berasal dari Iran. Menyebarkan Islam dengan membawa bendera tarekat yang kemudian menyatu dengan kehidupan masyarakat Jawa. Bahkan diyakini, Candirejo sendiri merupakan desa Islam pertama di Jawa karena kedatangan Syekh Abdullah Qutbudin ini.

Belum ada penelitian ilmiah yang mengupas Syekh Abdullah Qutbudin ini. Siapa dirinya, bagaimana sepak terjangnya dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa, khususnya di Wonosobo. Hingga kini, cerita tentang tokoh tersebut masih dari mulut ke mulut.

Gus Dur Menemukan Makam Syeikh Abdullah Qutbuddin Wonosobo - Pondok Pesantren Pabuaran
Gus Dur Menemukan Makam Syeikh Abdullah Qutbuddin Wonosobo - Pondok Pesantren Pabuaran


Gus Dur Menemukan Makam Syeikh Abdullah Qutbuddin Wonosobo

Sejak dikunjungi Gus Dur, makam Syekh Abdullah Qutbudin mulai ramai peziarah. Gus Dur yang menemukan makam tokoh yang bersejarah dalam perkembangan Islam di Jawa ini. Menurut cerita KH Chabibullah Idris, ulama terkenal di Wonosobo, Gus Dur tahun 1994 meminta dirinya untuk menemani mencari makam Syekh Abdullah Qutbudin yang berada di Candi.

Peristiwa itu jauh sebelum Gus Dur menjadi Presiden RI. Tokoh kharismatik ini memang memiliki kepedulian tinggi terhadap peninggalan bersejarah. Termasuk mencari makam-makam yang memiliki nilai sejarah tinggi. Seperti halnya makam Syekh Abdullah Selomanik di Dusun Kalilembu, Dieng Wetan yang merupakan tokoh religius juga. Tak peduli di tengah hutan atau di atas gunung, jika ada makam wali, Gus Dur akan berusaha menziarahinya. Sekalipun dengan segala keterbatasan fisik yang dialaminya. Dengan tekad kuatnya tersebut, segala rintangan dapat dilaluinya.

Pondok Pesantren Pabuaran

Diungkapkan Edi dan Afif Mustofa, tokoh pemuda Candirejo. Sebelumnya masyarakat tidak mengetahui siapa yang dikuburkan di makam tersebut. Sehingga makam tersebut dibiarkan saja. Sampai akhirnya pada tahun 1994, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur datang ke Desa Candirejo mengunjungi makam.

“Kami tidak tahu ada makam tokoh terkenal Islam. Karena makamnya tidak sendirian, tapi menjadi satu dengan kuburan masyarakat desa. Tidak seperti tokoh-tokoh lain, yang makamnya berada di ketinggian atau sendirian. Makam Syekh Qutbudin ini campur dengan makam desa,” ungkap pemuda lulusan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang itu.

Dirinya tidak paham betul, yang dimaksud candi itu nama desa atau kawasan candi di Dataran Tinggi Dieng. “Kata Gus Dur, Islam pertama kali masuk ke Jawa di candi. Kita ini tidak tahu candi itu mana, apakah komplek candi Dieng atau di mana. Beliau datang ke Wonosobo. Saya diminta menemaninya mencari makam tokoh Islam ini,” jelasnya.

Pondok Pesantren Pabuaran

KH Chabibullah Idris bersama kru Gus Dur memburu makam kuna tersebut. KH Chabib ditemani anaknya mengendarai sepeda motor dini hari. Sementara rombongan Gus Dur berangkat sendiri. Mereka berpencar.

“Akhirnya sampai di Desa Candirejo. Saya tanya apakah ada makam kuna di desa itu. Kata warga memang ada, tapi tidak jelas makam siapa. Letak makam di tengah-tengah sawah. Tidak ada akses jalan ke sana. Hanya jalan setapak, bisa dikatakan jalan lembu. Wong blekuk-blekuk susah sekali. Saya berharap, Gus Dur jangan sampai ke situ karena jalannya mengerikan kayak gitu. Begitu saya sampai di lokasi, mencari mana yang dimaksud makam tua. Eh ternyata Gus Dur lebih dulu tiba di makam,” jelasnya panjang lebar.

Menurut keterangan Sastro Al Ngatawi, mantan asisten pribadi Gus Dur menuturkan, bersama Gus Dur, ketika mereka sampai di Wonosobo hampir Subuh, lalu mampir di salah satu pesantren (Ponpes Al-Asy’ariyyah) di kota tersebut. Ditemani beberapa Gus (putra kiai), mereka berangkat ke sebuah daerah yang diyakini masyarakat menjadi makam wali tersebut, posisinya tepat di bawah sebuah pohon besar, tetapi Gus Dur tak menghiraukannya.

Lalu mereka segera berjalan menuju lokasi lain. Di tengah-tengah perjalanan tersebut, rombongan tersebut bertemu dengan orang tua. Dalam suasana yang masih sepi tersebut, mereka mengamati orang tua yang terus berjalan di tengah-tengah sawah. Tiba-tiba saja, ketika di tengah sawah itu orang tua tersebut menghilang. Gur Dur pun berujar, “Ya itu tadi Syeikh Hubbuddin dan di tengah-tengah sawah tadi makamnya,” katanya.

Lanjut KH Chabib, begitu sampai ke makam yang dituju, mendadak Gus Dur jatuh terduduk. Dhalab. Menyatu dengan arwah dan mengucapkan istigfar seperti tanpa sadar. Mengetahui itu, para pengikut segera merubungnya. Ternyata makam kuna yang sebelumnya tidak dikenal, merupakan tempat bersemayam Syekh Abdullah Qutbudin.

“Menurut cerita Gus Dur, Syekh Abdullah ini mendirikan pesantren di Desa Candirejo. Karena tidak memiliki keturunan, lama-kelamaan pesantrennya hancur. Ini bisa dilihat dari banyaknya batu-batu candi yang berada di sekitar makam,”tutur Ketua Majelis Ulama Indonesia Jateng tersebut.

Diawali dari kedatangan Gus Dur itulah, makam akhirnya banyak diziarahi masyarakat. Terutama kalangan pondok pesantren. Dikatakan KH Chabib, mengutip pengakuan warga Candirejo, bertahun-tahun lalu, makam itu pernah didatangi orang asing. Tampaknya dia adalah seorang antropolog dari Eropa yang tengah mengadakan penelitian.

Orang Eropa heran dengan keberadaan Islam di Indonesia. Disebarkan sekian ratus tahun, tapi sampai saat ini tidak bisa hilang, bahkan semakin berkembang. Karena penyebaran agama Islam salah satu caranya dengan tarekat. Sebuah metode yang mengedepankan keimanan. Hal-hal keduniawian ditinggalkan. Hal inilah yang membuat Islam mendapat tempat di hati masyarakat.

Muncul Cahaya di Atas Makam Desa Candirejo Kecamatan Mojotengah tidak terlalu jauh dari Kota Wonosobo. Hanya sekitar 8 kilometer, dapat ditempuh dengan mobil maupun kendaraan roda dua. Jalan menuju desa tersebut cukup bagus, sudah beraspal meskipun tidak terlalu lebar.

Namun ada sebagian jalan desa yang masih berbatu-batu. Makam Syekh Abdullah Qutbudin sendiri berada agak jauh dari desa. Lokasinya di tengah-tengah areal persawahan bercampur dengan makam umum warga setempat.

Jalan menuju makam belum bagus, berupa batu-batu. Bahkan sebelumnya, kata Edi, jalan tersebut berupa setapak. Sejak Gus Dur kerap mendatangi makam, dibuat jalan lebar. Meskipun berbatu-batu namun dapat dilewati sepeda motor. Letak makam dari perkampungan Candirejo sekitar 1 kilometer. Sepanjang jalan menuju makam, disuguhi pemandangan hamparan tanah pertanian. Tanaman kol, padi dan jagung. Banyak juga pohon-pohon albasia yang tumbuh subur.

Di dekat makam terdapat sumber air yang sangat jernih. Airnya begitu dingin. Mengalir sepanjang waktu, tak pernah kering meskipun musim kemarau. Memasuki makam terkesan dingin dan sunyi. Maklum saja, komplek tersebut termasuk makam kuna. Ditumbuhi banyak pohon-pohon besar berusia ratusan tahun. Akar serabutnya menjalar ke mana-mana memenuhi makam. Sedangkan makam Syekh Abdullah Qutbudin berada persis di sebelah kiri pintu masuk. Berada di tengah-tengah akar yang bertonjolan. Sangat sederhana. Tidak ada cungkup atau kijing mewah. Berupa gundukan tanah yang pinggir-pinggirnya diberi batu-batu. Terdapat dua batu nisan berukir di kanan dan kirinya. Ada dua makam di situ yang berdampingan. Menurut warga, satunya adalah makam istri Syekh Abdullah Qutbudin.

Di sekitarnya, berserakan batu-batu tua berbentuk persegi panjang seperti bata. Diyakini batu tersebut adalah bekas bangunan pondok pesantren milik Syekh Abdullah. Konon, Syekh Abdullah tidak mau makamnya dibangun mewah. Dia memilih apa adanya berupa batu nisan yang berbentuk seperti candi.

“Masyarakat sini sering melihat ada cahaya yang muncul dari makam. Pernah petani cabe menunggui tanamannya, tiba-tiba ada cahaya terbang dari makam. Pernah juga ada seorang pimpinan pondok pesantren bersama 12 santrinya berziarah. Lalu hujan sangat deras. Anehnya, mereka tidak kehujanan sama sekali,” imbuh KH Chabibullah Idris.

Kini makam mulai ramai pengunjung. Sebelum Lebaran kemarin, ada sekitar 13 mobil yang datang berziarah. Mereka berasal dari Wonosobo. Kadang, peziarah memilih waktu malam hari, agar tak banyak orang tahu. Dan lebih khusuk berdoa. Suasana alami ini sangat mendukung peziarah religius.

Jalan menuju makam akan diaspal. Agar memudahkan peziarah datang ke makam. Sekaligus didirikan tempat representatif. Apabila mulai ramai, diharapkan direspon warga dengan mendirikan tempat berjualan baik makanan maupun suvenir. Tidak ketinggalan dibangun juga tempat parkir yang memadai. Pemerintah Kabupaten Wonosobo saat ini berusaha mengembangkan wisata religius dengan mengangkat potensi lokal setempat.

Sekilas Tentang Syekh Qutbudin Syaikh Qutbudin yang asli Persia itu dimakamkan di Desa Candirejo, Kecamatam Mojotengah, Wonosobo. Kondisi makam yang terletak di pinggir desa itu terkesan wingit karena ditumbuhi pepohonan yang umurnya mencapai ratusan tahun. Di sebelah makam terdapat sumber air yang sangat jernih. Mata air tersebut mengalir sepanjang tahun, tidak peduli musim kemarau panjang.

Di sekitar makam terdapat bebatuan kuno persegi dengan ukuran tertentu. Menurut penelitian tim sejarah Wonosobo yang berkunjung ke makam tersebut pertengahan September 2007 lalu, batu tersebut diduga merupakan reruntuhan candi atau tempat ibadah lainya.

Menurut Edi Masrukhin SAg, tokoh agama Desa Candirejo, makam tua tersebut telah lama dikunjungi orang. Bahkan pernah menjadi objek penelitian dua orang antropolog dari Eropa. Namun warga tidak mengetahui kalau makam tersebut merupakan salah satu tokoh penting dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Masyarakat baru mengerti setelah KH Abdurahman Wahid (Gus Dur) berziarah pada tahun 1994.

“Kami kira hanya makam kuno biasa. Tetapi setelah Gus Dur datang kami menjadi tahu kalau makam tersebut cukup bersejarah dalam penyebaran ajaran Islam di Jawa,” ujar Edi Masrukhin.

Dalam kesempatan tersebut, Gus Dur menjelaskan riwayat Syaikh Qutbudin. Menurut Gus Dur, Islam yang pertama kali datang ke Indonesia beraliran thoriqoh yang lebih mudah beradaptasi dengan budaya masyarakat setempat dari pada aliran fiqh yang cenderung lebih kaku.

Setelah berdakwah di banyak tempat, Syaikh Qutbudin bermukim (tinggal) dan membuat pesantren di Desa Candirejo. Karena tidak ada anak turun yang meneruskan, setelah ratusan tahun pesantren itu hilang dan tinggal puing-puing. [Pondok Pesantren Pabuaran]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/05/gus-dur-menemukan-makam-syeikh-abdullah-qutbuddin-wonosobo.html

Senin, 15 Juni 2009

Gali Potensi Pelajar, IPNU-IPPNU Al-Abror Gelar Class Meeting

Pamekasan, Pondok Pesantren Pabuaran. Dalam rangka menggali potensi, bakat, dan minat pelajar, IPNU-IPPNU Al-Abror di Desa Blumbungan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan Madura menggelar kegiatan class meeting, Kamis (31/12) sampai Sabtu (2/1).

Kegiatan yang diikuti seluruh pelajar MTs dan MA Al-Abror itu diformat dengan memisahkan peserta putra dan putri. Itu untuk menghormati tradisi Pesantren Al-Abror.

Gali Potensi Pelajar, IPNU-IPPNU Al-Abror Gelar Class Meeting (Sumber Gambar : Nu Online)
Gali Potensi Pelajar, IPNU-IPPNU Al-Abror Gelar Class Meeting (Sumber Gambar : Nu Online)


Gali Potensi Pelajar, IPNU-IPPNU Al-Abror Gelar Class Meeting

"Format kegiatannya bersifat kompetitif dengan ragam lomba. Pelajar putra dan putri sengaja dipisah guna menghormati tradisi pesantren," terang Ketua IPPNU Al-Abror Riris Sakinah.

Pondok Pesantren Pabuaran

Sementara itu, Ketua IPNU Al-Abror Thariq Al-Muaddam menambahkan, lomba class meeting meliputi baca kitab kuning, tartil, cer-cer, shalawat nabi, olimpiade MIPA, dan semacamnya. (Hairul Anam/Alhafiz K)

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/64727/gali-potensi-pelajar-ipnu-ippnu-al-abror-gelar-class-meeting

Pondok Pesantren Pabuaran

Pondok Pesantren Pabuaran

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Pondok Pesantren Pabuaran sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Pondok Pesantren Pabuaran. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Pondok Pesantren Pabuaran dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock