Tampilkan postingan dengan label Duta Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Duta Islam. Tampilkan semua postingan

Jumat, 26 Juni 2015

Hidayatul Islamiyah, Pesantren yang Menyatu dengan Alam

Di pinggiran perbatasan Kecamatan Dander dan Kota Bojonegoro, tepatnya di Dusun Kedunggayam, Desa Karangsono, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro terdapat satu Pondok Pesantren yang tampak sederhana. Setelah menempuh jarak 10 kilometer dari pusat Kota Bojonegoro, melewati jalan setapak sempit, di tengah rerimbunan pohon bambu dan di sekitar aliran sungai yang bergemiricik lengkap dengan bentangan sawahnya, terlihatlah bangunan Pondok Pesantren Hidayatul Islamiyah yang berdiri sejak tahun 1998 silam.

Sang pendiri, Kiai Khoiri Amin menceritakan, awal mula berdirinya Pesantren yang menempati tanah seluas lebih dari satu hektare ini.

Hidayatul Islamiyah, Pesantren yang Menyatu dengan Alam (Sumber Gambar : Nu Online)
Hidayatul Islamiyah, Pesantren yang Menyatu dengan Alam (Sumber Gambar : Nu Online)


Hidayatul Islamiyah, Pesantren yang Menyatu dengan Alam

Dikatakan, semasa awal berdirinya Pesantren Hidayatul Islamiah santri yang ada hanya dua anak, Surip dan Syarifuddin. Selang beberapa tahun santri pun bertambah meskipun tidak seberapa banyak.

Awalnya hanya ada dua santri, Surip dan Syarifuddin, tapi lama kelamaan berdatangan santri dari daerah-daerah di wilayah Bojonegoro hingga ada yang dari luar kota, jelas bapak empat anak ini.

Pondok Pesantren Pabuaran

Diceritakan, di pondok yang beliau asuh selain memberikan pendidikan yang berbasis wawasan keilmuan umum dan keagamaan juga memberikan wawasan bersosilisasi dengan masyarakat, pengembangan skill santri. Bahkan, santri juga dibimbing dan dibina hingga mereka berumah tangga.

Pondok Pesantren Pabuaran

Sebagaimana santri pertama, Surip yang namanya diganti menjadi Syamsul Huda tetap tinggal di Pesantren hingga berumah tangga bahkan sampai akhir hidupnya. Surip saya ganti namanya jadi Syamsul Huda, dia wafat dan saya kubur di dekat pondok, ujar kiai lulusan Pesantren Talimul Quran, Gresik ini.

Lebih lanjut pengasuh pesantren yang murah senyum ini menceritakan, degradasi moral bangsa menjadi faktor utama didirikannya pendidikan non formal berupa Pesantren Hidayatul Islamiah dan pendidikan formal setingkat Raudhotul Athfal (RA) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) . Menurut Kiai Choir, begitu beliau akrab dipanggil, perlu perhatian khusus pada karakter bangsa yang kian hari kian bobrok.

Sekarang banyak anak muda yang LKMD, alias lamar kari meteng disek (melamar belakangan, hamil duluan), ujarnya dengan nada bergurau tapi serius.

Dikatakan, saat ini moral bangsa sedang dipertaruhkan, menghadapi gencarnya budaya luar. Sebab itu, kiai ini menghimbau agar pendidikan karakter harus benar-benar diterapkan di pendidikan formal, jangan hanya sekadar wacana tanpa ada tindak lanjut. Moral bangsa harus benar-benar diberi perhatian khusus terutama pada lembaga-lembaga formal, jelasnya.

Nak de biyen akeh wong bender ra pathi pinter, tapi nak sak iki akeh wong pinter ra pathi bendher, ungkapnya berkelakar.

Dia menambahkan, pengaruh luar kerap kali meracuni pikiran masyarakat terutama kalangan remaja. Sehingga tak jarang mayoritas pemuda lupa akan hakikat kesederhanaan dan bagaimana cara bersosialisasi dengan masyarakat sebagai individu sosial.

Suasana Damai

Kegiatan di pondok yang letaknya terasing dari keramaian ini penuh dengan kesederhanaan, namun tetap dengan unsur spiritual yang kental sebagai nutrisi moral. Sehabis Shubuh, kegiatan mengaji kitab sorogan dilakukan. Uniknya kajian ini digelar di mana pun tempatnya, asal menyatu dengan alam. Baik itu di sawah, di sekitar kolam maupun di pekarangan dekat sungai. Tergantung, di mana saat itu sang kiai berada. Hal ini sebagai wujud belajar alami. Hal ini dimaksudkan agar para santri bisa mengamati alam dan mengambil itibar dari ayat-ayat kauniyah. Biar santri tahu, bahwa meraka hidup dengan alam yang wajib dijaga dan dilestarikan, ungkapnya.

Bukan hanya itu, kesederhanaan sangatlah tampak dari pondokan-pondokan santri yang terbuat dari kayu sederhana dengan luas sekitar 2x2 meter. Pondokan ini dikenal dengan istilah Rompok. Selain rutinitas kajian kitab wetondan salaf, santri juga belajar hidup dengan kegiatan pelatihan bercocok tanam, perikanan, dan perkebunan. Kegiatan tersebut sebagai analogi bahwa jiwa yang sehat terdapat pada badan yang kuat (Al-Aqlu As-Shalim fil Jismi As-Salim).

Sebagai bahan latihan bagi santri ketika terjun ke masyarakat, selain itu juga mengingatkan mereka bahwa jiwa yang sehat terdapat pada badan yang kuat, terang kiai asal Kepohbaru ini.

Selain mengkaji kitab salaf juga dilaksanakan pelatihan mukhadhoroh, dzibaan, tahlilan dan qosidah burdah di hari-hari khusus. Tak tanggung-tanggung, semua kegiatan, sarana dan pra sarana di pesantren ini tidak dipungut biaya sepeser pun alias gratis.

Santri pun berdatangan tidak hanya dari sekitar Kota Bojonegoro, namun juga berasal dari luar kota seperti Lamongan, Gresik, hingga merambah wilayah Jawa Tengah. (Nidhomatum MR)

Dari (Pendidikan Islam) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/63392/hidayatul-islamiyah-pesantren-yang-menyatu-dengan-alam

Pondok Pesantren Pabuaran

Senin, 29 Juli 2013

Yang Syahdu dan Unik-unik dari Ramadhan di Tarim Yaman

Tarim merupakan nama suatu daerah terpencil di Hadhramaut, Yaman. Di sini aktivitas keilmuan dan kerohaniannya lebih terasa dibanding kota lainnya di Yaman. Tarim juga memiliki nuansa Ramadhan yang khas yang diwariskan secara turun-menurun. Suasana semacam inilah yang tidak ditemukan di daerah Yaman lainnya.

Antusiasme masyarakat Tarim dalam menyambut bulan Ramadhan sangat tinggi. Hal itu terlihat dari ramainya masjid-masjid pada siang hingga malam hari. Mereka menghidupkan bulan Ramadhan dengan Al-Quran, dzikir, shalawat, dan ziarah.

Yang Syahdu dan Unik-unik dari Ramadhan di Tarim Yaman (Sumber Gambar : Nu Online)
Yang Syahdu dan Unik-unik dari Ramadhan di Tarim Yaman (Sumber Gambar : Nu Online)


Yang Syahdu dan Unik-unik dari Ramadhan di Tarim Yaman

Pelaksaan shalat tarawih di Tarim tidak hanya dilaksanakan dalam satu waktu serentak, namun bergantian secara estafet sejak pukul 19.30 hingga pukul 03.00 di beberapa masjid yang berbeda.

Yang unik dari suasana Ramadhan di Tarim, setelah melaksanakan shalat tarawih dan witir para jamaah tidak langsung pulang, tetapi mereka tetap duduk untuk bersama-sama melantunkan pujian kepada Rasulullah secara bersahutan dengan nada khas Tarim. Pujian ini disebut "Qashidah Fazzaziyah dan Witriyah". Vokalis pemilik suara merdu menambah rasa syahdu malam itu.

Pondok Pesantren Pabuaran

Pondok Pesantren Pabuaran

Selama pembacaan qasidah terlihat beberapa orang tua yang mengabdikan diri kepada masjid berkeliling membawa bukhur (sejenis kemenyan), dan juga tampak orang orang berbaris memberikan minuman air dingin dan kopi khas Yaman. Sesekali di hari-hari tertentu juga diberikan air mawar asli untuk pewangi badan juga halawah (manisan) dan kaak (kue khas Tarim).

Kemudian dilanjutkan pembacaan "Qawafi", yaitu lantunan syair yang berisi nasihat dan pengingat yang dibaca sesuai abjad huruf hijaiyah setiap harinya satu judul huruf hingga akhir bulan Ramadhan. Lalu diakhiri doa khusus di bulan Ramadhan yang ditulis Al Habib Umar bin Saqqof Asshofi. Biasanya ritual ini berlangsung selama 40 menitan.

Setelah usai orang-orang pun bersegera keluar dari masjid untuk pindah ke masjid lainnya mengerjakan shalat tarawih berikutnya dengan tata cara yang sama hingga akhir Ramadhan. Maka tidak diherankan jika di sini setiap orang dalam semalam bisa sampai melaksanakan tarawih hingga 100 rakaat. Ini bagi memiliki semangat yang tinggi. Habib Umar bin Hafidz dan Habib Salim Assyatiri, misalnya, meskipun keduanya berusia senja sanggup menunaikan shalat 60 rakaat dalam semalamnya.

Menjelang sahur, biasanya ada dua anak muda yang satu orang menabuh "thosah" (sejenis gendang) yang satunya lagi melantunkan dzikir dengan lantang berjalan di jalanan dan gang-gang membangunkan ibu-ibu untuk menyiapkan santap sahur.

Khatmul Quran Ramadhan di Tarim disebut Khatmu Rubu sebab khataman ini dilaksanakan setiap 4 empat hari sekali. Di antara masjid yang melaksanakan Khatmur Rubu adalah Masjid Al Muhdlar, Masjid Baalawi, Masjid Saqqaf, Masjid Wael. selain itu, banyak juga masjid yang melakasnakan "Khotmu Sitt" yaitu khataman setiap 6 hari sekali.

Panasnya cuaca Ramadhan membuat masjid-masjid memasang puluhan AC khusus daerah padang pasir dan puluhan kipas angin. Infrastruktur penunjang disediakan untuk member kenyamanan para jamaah yang sedang sibuk beribadah. Kamar mandi pun disiapkan bagi yang ingin berendam mendinginkan badan di kolam mandi yang disebut "Jabiyah".

Antusiasme ini tidak hanya di malam hari bahkan saat Shalat Dluha, Dhuhur dan Ashar juga ramai dengan aktivitas membaca Al-Quran, dzikir, dan pengajian- pengajian majelis taklim yang membacakan kitab-kitab Salafus Shalih. Biasanya setiap selesai majelis taklim para hadirin membaca surat Yasin bersama. Dan di akhiri dengan "Qashidah Fardiyah", kaisdah nasihat yang dibaca oleh satu orang.

Biasanya setelah Ashar pada Jumat pertama bulan Ramadhan seluruh masyarakat dan santri mancanegara yang berada di Tarim melaksanakan ziarah ke makam para sahabat dan waliyullah di makam "Zambal" dipimpin oleh mufti Tarim dan para ulama Tarim, hingga menjelang waktu berbuka puasa.

Kemudian peziarah bergegas ke masjid untuk berbuka dengan takjil yang telah disediakan dan dilanjutkan Shalat Tasbih dan Shalat Awwabin, barulah setelah itu mereka kembali ke rumah masing masing.

Pada hari ke-9 diadakan majelis di kediaman Al Imam Haddad dan kediaman keluarga Al Hamid. Perkumpulan ini lazim disebut "Tsamratu Tasi." Acara itu diisi dengan bermacam-macam kasidah nasihat.

Pada hari ke-19 diadakan majelis di kediaman Khalifatussalaf Al-Habib Alwi bin Abdullah bin Syihabuddin. Acara ini berisi ceramah agama dan nasihat lalu kasidah pujian tentang bulan Ramadhan sambil menikmati secangkir kopi khas Tarim.

Ada hal menarik juga di kalangan masyarak desa Tarim. Nuansa Islami di sini sangat terasa bahkan tidak hanya di dalam masjid melainkan di luar juga. Biasanya sejak tanggal 11 sebelas Ramadhan hingga 29 Ramadhan sambil berharap datangnya lailatul qadar masyarakat Tarim saling bertukar undangan dengan tetangga dan kerabat untuk bersantap hidangan buka puasa dalam rangka khataman masjid yang ada di sekitar rumahnya.

Sementara anak-anak kecil laki laki maupun perempuan saling berkunjung ke rumah teman bermain mereka saling bergantian menyanyikan lagu-lagu anak yang diwariskan para ulama pendahulunya dan lagu-lagu tersebut disebut dengan "Khotamy". Kegembiraan anak-anak itu kemudian bertambah dengan banyaknya hadiah yang diberikan pada mereka oleh tuan rumah, tentunya setelah lagu itu usai dilantunkan.

Sementara khataman akbar Al-Quran di masjid dipimpin oleh para ulama. Doa yang dibaca adalah doa khatmul quran susunan Imam Ali Zainal Abidin. Saat doa dirapalkan, air dan kopi dibagikan. Setelah selesai, dilanjutkan doa susunan Imam Abil Hirbah. Selanjutnya anak-anak kecil yang turut hadir diberikan kesempatan membaca doa "Birrul Walidain" untuk orang tua mereka secara bergantian. Dilanjutkan pembacaan khutbah "Qoff" dan khutbah milik salah satu dari Habib Idrus bin Umar Al Habsyi, Al Habib Hasan bin Sholih Al Bahr, Habib Abu Bakr bin Abdurrohman bin Syihab.

Ketika Ramadhan memasuki hari ke-21 maka masyarakat, santri, dan mahasiswa berduyun-duyun hadir ke masjid-masjid yang diistimewakan di Tarim. Keistimewaan masjid tidak ditinjau dari kemegahan bangunannya, tetapi dari kealiman dan kewalian yang membangun masjidnya meskipun hampir semua masjid di sini terbuat dari tanah liat. Berikut di antara masjid-masjid istimewa tersebut.

Tanggal 21 Ramadhan di Masjid Syeh Abdurrohman Assaqqof dan Masjid Abi Bakr Assakron. Tanggal 23 Ramadhan di Masjid Al Awwabin milik Imam Haddad. Tanggal 25 Ramadhan Syeh Ali bin Abi Bakr Assakron. Tanggal 27 Ramadhan di Masjid Baalawi yang dibangun oleh Syeh Kholi Qosam abad ke-5. Tanggal 29 Ramadhan di masjid fenomenal dengan menara tertinggi yang terbuat dari tanah liat milik Syeikh Umar Muhdlor dan Masjid Al-Fath milik Imam Abdulloh bin Alwi al-Haddad.

Menurut pengamatan saya, suasana religius Ramadhan di Tarim yang diwariskan turun-menurun menggabungkan beberapa konsep mahabbah (cinta), yaitu cinta kepada Allah dengan amalan shalat dan puasa, cinta kepada kitab Allah dengan memperbanyak tadarus dan khataman, cinta kepada Rasulullah dengan memperbanyak shalawat, cinta kepada syiar Allah dengan memperbanyak majelis taklim dan daurah (pesantren Ramadhan) bahkan peserta daurah ada yang datang dari Amerika, Australia, Inggris, Malaysia, China, dan lain-lain.

Ini merupakan Ramadhan kedua yang saya alami di Tarim, sementara Ramadhan pertama saya di kota Mukalla Yaman. Meskipun di Mukalla juga banyak syiar-syiar Ramadhan namun religiusme Tarim tidak ada tandingannya. Mungkin salah satu faktornya adalah banyaknya wali-wali Allah dan para ulama sufi yang dijumpai di Tarim. Sebuah nuansa kerohaniahan yang murni mendekatkan diri kepada Allah.

Moh Nasirul Haq, Mahasiswa Universitas Imam Syafii Yaman. Ditulis di Tarim, 7 Ramadhan 1437 H.

Dari (Internasional) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/68930/yang-syahdu-dan-unik-unik-dari-ramadhan-di-tarim-yaman

Pondok Pesantren Pabuaran

Senin, 21 Mei 2012

Filosofi Ketupat dan Lepet Warisan Walisanga

Pondok Pesantren Pabuaran - Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa tentang filosofi ketupat. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali bakda, yaitu bakda lebaran dan bakda kupatan, dimulai seminggu sesudah lebaran.

Arti kata ketupat Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau kupat merupakan kependekan dari ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku lepat (mengaku salah) Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang Jawa. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Filosofi Ketupat dan Lepet Warisan Walisanga - Pondok Pesantren Pabuaran
Filosofi Ketupat dan Lepet Warisan Walisanga - Pondok Pesantren Pabuaran


Filosofi Ketupat dan Lepet Warisan Walisanga

Laku papat Laku empat ada dalam tradisi kupatan, yakni: 1). Lebaran (sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa), 2). Luberan (meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin dalam kewajiban pengeluaran zakat fitrah), 3). Leburan (sudah habis dan lebur. Dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain, 4). Laburan (berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya).

Pondok Pesantren Pabuaran

Asal kata janur Janur, diambil dari bahasa Arab "Ja'a Nur" (telah datang cahaya). Adapaun bentuk fisik kupat yang segi empat adalah ibarat hati manusia. Saat orang sudah mengakui kesalahannya, maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki. Kenapa? Karena hatinya sudah dibungkus cahaya (Ja'a Nur).

Asal kata lepet

Pondok Pesantren Pabuaran

Lepet = silep kang rapet. Mari kita kubur/tutup yang rapat. Jadi setelah mengaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

Dari sini, kita semakin mengetahui betapa besar peran para walisanga dalam memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat awam di Jawa waktu itu yang tidak paham bahasa Arab. Inilah cara dakwah yang mengajak, tanpa harus menginjak pemahaman atau kebodohan masyarakat. [Pondok Pesantren Pabuaran]

Dari : http://www.dutaislam.com/2016/07/filosofi-ketupat-dan-lepet-warisan-walisanga.html

Kamis, 30 Juli 2009

Antisipasi ISIS, Pesantren Harus Bentengi Santri Dengan Aswaja

Jombang, Pondok Pesantren Pabuaran. Merebaknya jaringan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) hingga masuk ke Indonesia mendapat tanggapan kalangan pesantren. Pengasuh PP Bahrul Ulum Tambak Jombang, KH Hasib Wahab Hasbullah meminta pesantren ikut membentengi santri dan umat dengan menggalakkan kajian Aswaja An Nahdliyah.

Gus Hasib yang juga putra pendiri NU, KH Wahab Hasbullah ini mewanti wanti santri dan alumninya agar tidak terpengaruh ikut ikutan mendukung ISIS. Meski dikatakannya, pihaknya belum mendengar adanya gerakan organisasi radikal asal Timur Tengah itu di kota santri.

Antisipasi ISIS, Pesantren Harus Bentengi Santri Dengan Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)
Antisipasi ISIS, Pesantren Harus Bentengi Santri Dengan Aswaja (Sumber Gambar : Nu Online)


Antisipasi ISIS, Pesantren Harus Bentengi Santri Dengan Aswaja

Hingga saat ini kami belum menemukan adanya gerakan ISIS yang masuk ke Jombang. Namun demikian, kita tetap mewaspadai. Kita minta seluruh pesantren khususnya yang ada di sini membentengi santrinya dengan ajaran Aswaja, sehingga ajaran Islam benar benar bisa menjadi rahmatan lil alamin," tuturnya ditemui di rumahnya, kemarin.

Menurut Gus Hasib biasa dipanggil, organisasi ISIS tidak cocok di Indonesia karena sangat bertentangan dengan ajaran islam. Gerakan dan aktifitasnya yang hendak mendirikan khilafah islamiyah berpotensi memecah belah umat. "Jadi gerakan tersebut sangat bahaya jika masuk ke Indonesia, tandasnya.

Pondok Pesantren Pabuaran

Sebagai antisipasi, mantan anggota DPR RI ini menambahkan, kalagan pesantren NU khussunya lebih bisa menggalakkan dan membentengi para santri dengan ajaran Aswaja.

Para santri yang mau keluar atau jadi alumni diwajibkan mengikuti pelatihan tentang aqidah ahlus sunnah wal jamaah. Nah, ajaran itulah yang harus dipegang teguh ketika terjun ke masyarakat. Begitu juga dengan para santri yang memasuki pesantren. Mereka langsung dibekali dengan nilai-nilai aswaja Annahdliyah, pungkasnya. (muslim abdurrahman/mukafi niam)

Pondok Pesantren Pabuaran

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/53650/antisipasi-isis-pesantren-harus-bentengi-santri-dengan-aswaja

Pondok Pesantren Pabuaran

Senin, 30 Maret 2009

KH Said Aqil Siroj: Kekuatan LAZISNU Itu Transparansi

Pondok Pesantren Pabuaran - Sudah saatnya Lazisnu NU mulai mencatat rinci dalam mengelola keuangannya. Transparansi itu dibutuhkan masyarakat yang berhubungan dengan Lazisnu.

"Ayo yang profesional dan junjung tinggi transparansi agar masyarakat makin percaya kepada Lazisnu. Catat sekecil apapun rupiah yang kalian kelola," kata Kiai Said Aqil di hadapan Pengurus Lazis se Indonesia yang sedang rapat koordinasi di Jakarta dan Sukabumi, Kamis (02/02/2017) siang.

KH Said Aqil Siroj: Kekuatan LAZISNU Itu Transparansi - Pondok Pesantren Pabuaran
KH Said Aqil Siroj: Kekuatan LAZISNU Itu Transparansi - Pondok Pesantren Pabuaran


KH Said Aqil Siroj: Kekuatan LAZISNU Itu Transparansi

Kiai Said lantas menceritakan ihwal dirinya saat harus tanda tangan beberapa kali hanya untuk honor sekali ceramah. "Di institusi pemerintah pernah harus tanda tangan hingga enam kali," tutur Kiai Said Aqil.

Atas nama transparansi, Kiai Said tidak keberatan mengikuti prosedur panjang tersebut. "Tidak masalah prosedurnya ketat karena sudah banyak contohnya bahwa transparansi di era kini menghasilkan keberhasilan," ujar kiai pengasuh Ponpes As-Tsaqofah, Ciganjur itu.

Pondok Pesantren Pabuaran

Rapat Koordinasi Lazisnu diikuti Lazisnu di tingkat provinsi dan kabupaten yang sistem pelaporannya telah terintegrasi dengan LAZIS PBNU. [Pondok Pesantren Pabuaran/anw/ksf].

Dari : http://www.dutaislam.com/2017/02/kh-said-aqil-siroj-kekuatan-lazisnu-itu-transparansi.html

Pondok Pesantren Pabuaran

Rabu, 24 September 2008

NU Ranting Binong Gelar Konferensi

Binong, Pondok Pesantren Pabuaran. Salah satu poin penting yang disampaikan Pengurus Ranting NU Binong Periode 2007-2012 dalam Laporan Pertanggungjawaban saat Konferensi Ke-2 PRNU Binong Ahad 08 Januari 2012 adalah adanya kendala dan fakta akan miskinnya regenerasi dan kaderisasi kepada generasi muda.

Kami berharap hal ini menjadi perhatian dan fokus Pengurus Ranting NU Binong yang akan datang agar melibatkan dan mengajak generasi muda untuk ikut terlibat dan memiliki rasa cinta dan semangat berjuang yang tinggi untuk organisasi NU seperti yang telah dicontohkan oleh generasi tua selama ini, papar Ketua Tanfidziyah NU Binong Mahfud.

NU Ranting Binong Gelar Konferensi (Sumber Gambar : Nu Online)
NU Ranting Binong Gelar Konferensi (Sumber Gambar : Nu Online)


NU Ranting Binong Gelar Konferensi

Ia menjelaskan, sebaik apapun program kerja suatu organisasi kalau tidak ditularkan dan tidak ada regenerasi kepada kelompok pemuda maka cepat atau lambat organisasi tersebut akan mengalami kemunduruan bahkan bisa jadi akan mengalami kematian.

Pondok Pesantren Pabuaran

Oleh karena itu, hendaknya kepada lembaga terkait di tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi NU memikirkan hal ini sekaligus membuat panduan serta lebih intensif menyelenggarakan pendidikan Ke-NU-an dan Aswaja.

Hamzah Sahal, salah satu undangan mengusulkan penerbitan buletin yang pengelolaanya diserahkan kepada anak muda calon penerus generasi tua NU di wilayah masing-masing. Terkait upaya membangkitkan semangat generasi muda terhadap NU, sekaligus juga dapat dilakukan pendidikan dan latihan menulis bagi anak-anak remaja.

Sementara itu Akhmad Zainudin SSos selaku Lurah Binong dalam sambutan sekaligus membuka Konferensi NU Binong ke-2 berharap agar NU Binong senantiasa berkoordinasi dengan pemerintahan setempat dalam menghadapi berbagai hal dan permasalahan yang dihadapi terkait masalah lingkungan dan kehidupan sosial kemasyarakatan.

Pondok Pesantren Pabuaran

Ia juga berharap ke depan hendaknya NU Binong bisa menjadi contoh dan pelopor bagi NU Ranting lain di wilayah kecamatan Curug. Di ahir sambutannya Lurah Binong menyampaikan dukungan sepenuhnya terhadap NU Ranting Binong. Kami senantiasa mendukung dan ada di belakang NU Binong.

Redaktur : Mukafi Niam

Kontributor: Mukhlisin

Dari (Daerah) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/35777/nu-ranting-binong-gelar-konferensi

Pondok Pesantren Pabuaran

Jumat, 21 September 2007

Belajar Menulis di Perpustakaan A. Wahid Hasyim

Jombang, Pondok Pesantren Pabuaran. Jumat ketiga (10/4) kemarin, Sekolah Menulis Sanggar Komunitas Penulis Muda Tebuireng (Kepoedang) Jilid III mendatangkan penulis dan editor ternama, M. Iqbal Dawami. Di Perpustakaan A. Wahid Hasyim Tebuireng, penulis buku "Hidup, Cinta dan Bahagia" itu menyampaikan materi "Menulis Buku Islam Populer".

Setelah memaparkan materi di depan 25 peserta, M. Iqbal Dawami memberikan waktu untuk praktek menulis bagi para peserta. "Teori saja tidak cukup, maka dari itu langsung saja kita praktek", ungkap pria yang pernah menjadi editor di Penerbit Bentang Pustaka dari 2012 hingga 2014 itu.

Dalam 30 menit terakhir sebelum pertemuan usai, para peserta dibebaskan untuk mencari tempat di sekitar perpustakaan. Hal yang harus mereka tulis adalah satu dari sekian pengalaman menarik mereka di pesantren.

"Santri sebenarnya itu punya keunggulan di bidang bahan karena pengalaman mereka banyak di pesantren itu", ungkap pria yang sekarang sibuk sebagai editor freelance itu.

Belajar Menulis di Perpustakaan A. Wahid Hasyim (Sumber Gambar : Nu Online)
Belajar Menulis di Perpustakaan A. Wahid Hasyim (Sumber Gambar : Nu Online)


Belajar Menulis di Perpustakaan A. Wahid Hasyim

Karya-karya para peserta akan diketik dan diedit yang kemudian akan diterbitkan. Tulisan-tulisan tersebut, sebagai kenang-kenangan Sekolah Menulis Jilid III. Hal ini bertujuan untuk memberikan semangat kepada para peserta untuk terus berkarya di bidang tulis menulis. "Tuh kan duduk-duduk bisa nulis buku", celetuk M. Iqbal disambut tawa peserta.

Menurut M. Iqbal, dunia kepenulisan buku era sekarang membutuhkan para santri yang memiliki ilmu mendalam tentang agama. Penulis produk pesantren diharapkan kehadirannya untuk bisa bersaing bahkan menggeser para penulis buku Islam yang menyajikan buku ala kadarnya, dan tidak memiliki kajian yang kurang mendalam.(tebuireng.org/anam)

Pondok Pesantren Pabuaran

Dari (Pesantren) Nu Online: http://www.nu.or.id/post/read/58801/belajar-menulis-di-perpustakaan-a-wahid-hasyim

Pondok Pesantren Pabuaran

Pondok Pesantren Pabuaran

Nonaktifkan Adblock Anda

Perlu anda ketahui bahwa pemilik situs Pondok Pesantren Pabuaran sangat membenci AdBlock dikarenakan iklan adalah satu-satunya penghasilan yang didapatkan oleh pemilik Pondok Pesantren Pabuaran. Oleh karena itu silahkan nonaktifkan extensi AdBlock anda untuk dapat mengakses situs ini.

Fitur Yang Tidak Dapat Dibuka Ketika Menggunakan AdBlock

  1. 1. Artikel
  2. 2. Video
  3. 3. Gambar
  4. 4. dll

Silahkan nonaktifkan terlebih dahulu Adblocker anda atau menggunakan browser lain untuk dapat menikmati fasilitas dan membaca tulisan Pondok Pesantren Pabuaran dengan nyaman.


Nonaktifkan Adblock